JAKARTA, Politikarakyat.id — Presiden ke-7 Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi), resmi ditunjuk sebagai salah satu dari 22 anggota Dewan Penasihat Global Bloomberg New Economy. Forum bergengsi ini menjadi wadah diskusi mengenai transformasi ekonomi global, terutama di pasar negara berkembang. Melalui platform tersebut, para pemimpin dari berbagai sektor, baik pemerintahan maupun swasta, dipertemukan untuk membahas tantangan besar bagi kemakmuran dunia sekaligus merumuskan solusi bersama.
Penunjukan Jokowi ini diumumkan melalui laman resmi Bloomberg, yang menyebut bahwa dewan tersebut baru dibentuk pada April 2025 untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. Bloomberg menyatakan, kelompok penasihat ini beranggotakan figur-figur berpengalaman di level tertinggi bisnis, pemerintahan, hingga organisasi multilateral.
Mengapa Jokowi Dipercaya Menjadi Anggota Dewan Penasihat Global Bloomberg New Economy?
Beberapa peran yang membuat beliau dipercaya menjadi Dewan Penasihat Global Bloomberg New Economy:
Pengakuan Internasional atas Rekam Jejak Kepemimpinannya
Bergabungnya Jokowi dalam forum elite global Bloomberg New Economy menjadi bentuk pengakuan internasional atas kepemimpinannya. Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat dan anggota G20, posisi Indonesia kian diperhitungkan di peta ekonomi dunia. Anggota dewan dipilih karena pengalaman dan pengaruh mereka, termasuk Jokowi yang dikenal sebagai politikus, insinyur, dan pengusaha, sekaligus presiden pertama Rl dari luar elite politik dan militer.
Membawa Perspektif Negara Berkembang dan Solusi Global
Kehadiran Jokowi diharapkan mampu menghadirkan perspektif baru tentang bagaimana negara berkembang mengelola pertumbuhan ekonomi, mendorong industrialisasi, dan menjalankan transisi hijau. Saat ini, negara-negara berkembang memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi global, dengan kesenjangan pembangunan yang kian menyempit berkat meningkatnya akses terhadap pendidikan, teknologi, perdagangan, dan investasi.
Visi Ekonomi Indonesia
Jokowi dikenal dengan visi pembangunan infrastruktur masif di Indonesia, dan kini ia dapat mendorong agenda ekonomi hijau serta hilirisasi mineral kritis di forum global. la diperkirakan akan membawa pengalaman Indonesia dalam pembangunan infrastruktur, digitalisasi, dan hilirisasi industri ke dalam diskusi internasional.



Komentar