Dalam 5-10 tahun terakhir, bank sentral dari Amerika Serikat, China, dan Uni Eropa mengalami kenaikan signifikan pada jumlah uang beredar (M2). Lonjakan ini mencerminkan upaya masing-masing negara menjaga stabilitas perekonomian di tengah ketidakpastian global.
Lonjakan M2 dalam skala besar ini menunjukkan upaya negara maju melindungi stabilitas, namun di sisi lain juga membuka risiko meningkatnya inflasi dan ketidakpastian nilai tukar.
Bagi negara berkembang seperti Indonesia, dampaknya bisa cukup terasa. Tekanan harga barang impor, melemahnya nilai rupiah, dan gejolak di pasar keuangan dapat memperbesar tantangan ekonomi domestik. Inflasi yang meningkat berpotensi menurunkan daya beli masyarakat, terutama kelas menengah dan bawah, sehingga memperlebar kesenjangan ekonomi.
Untuk menghadapi kondisi ini, penting bagi masyarakat Indonesia mengantisipasi dengan strategi keuangan yang lebih bijak. Menyimpan sebagian aset pada instrumen yang cenderung tahan inflasi, seperti emas, properti, atau aset riil lain, bisa menjadi pilihan. Dengan diversifikasi yang tepat, stabilitas keuangan pribadi tetap terjaga meskipun situasi global terus bergejolak.




Komentar